Cerita tentang Pengalaman Keguguran dan Rainbow Baby Kesayangan
Sebagai newly mom, jika saya ditanya siapa yang paling disayang, jawabannya pasti Gayatri. Bayi saya. Pokoknya apa apa Gayatri nomor satu lah. Suami saya juga demikian. Sering Tuan Besar berkata: setelah kedatangan Gayatri, saya turun kasta jadi wanita paling cantik sedunia kedua (dan Mama Mertua jadi yang tercantik nomor tiga), hahaha. Pokoknya Gayatrilah yang paling cantik. Kirana @retnohening yang super imut pun lewat lah kelucuannya. Di mata kami, Gayatrilah yang paling lucu. Si kesayangan kami.
Saya rasa semua orang tua mengalami hal yang sama. Kasih sayang terasa begitu besar. Kalau ditanya mengapa kami sangat menyayanginya, tentu sudah jelas ya. Menurut saya, itu adalah sesuatu yang natural terjadi antara orang tua dan anaknya. Terlebih lagi bagi kami, yang sebelumnya pernah kehilangan calon jabang bayi.
Ya, Gayatri adalah anak yang terlahir setelah keguguran yang saya alami sebelumnya. Ada sebutan untuk menyebutkan kondisi demikian; rainbow baby. “A rainbow-baby is a baby that is born following a miscarriage or still birth,” (urbandictionary.com). Sebagaimana pelangi yang muncul setelah badai, Gayatri hadir. Seorang penghibur bagi hati orang tuanya yang sempat mendung. Anugerah besar dari Tuhan dalam wujud imut-imut.
Karena sebelumnya saya belum pernah cerita di blog ini, mungkin teman-teman ada yang penasaran tentang penyebab keguguran saya. Blighted ovum (BO), demikian diagnosis dokter kandungan saya. BO sering disebut juga dengan kehamilan kosong atau kehamilan anggur (added: berdasarkan komen dr.ucha di bawah kehamilan anggur tidak sama dengan BO, kehamilan anggur adalah penyakit Mola Hidatidosa). Kondisi tersebut sering terjadi pada ibu hamil. Bukan penyakit, bukan pula masalah kesehatan. Hanya memang telur dan sperma yang bertemu tidak membentuk bakal janin. Hamil yang sebenarnya tidak hamil. CMIIW.
Saya mengalami keguguran di usia kandungan beberapa minggu sejak menstruasi terakhir. Saya lupa pastinya. Namun tanda-tanda BO sudah dideteksi oleh dokter sebelumnya; 1) tidak ada fetal echo (kalau tidak salah dengar dan sebut istilah ya) dan 2) adanya flek yang saya alami terus menerus lebih dari lima hari. Ketika pertama dokter mengemukakan kemungkinan BO, saya tidak mau terima dan meminta obat penguat kandungan. Obat telah dikomsumsi, namun fetal echo tak juga terdeteksi, sementara ukuran “telur”nya sudah tidak normal. Benar dugaan dokter, di hari pertama saya stop obat penguat kandungan, dia luruh sebagai gumpalan darah.
Kisah ini sekarang bisa saya jelaskan dengan mudah. Namun saat itu, tidak mudah bagi saya untuk menerima. Histeria serta perasaan bersalah, sempat saya alami. Walaupun dokter sudah berulang kali bilang, BO itu bukan salah siapa-siapa. Tapi entah mengapa saya sering menyalahkan diri sendiri. #drama. Maklum saat itu kami sedang senang-senangnya sebagai pengantin baru yang punya strip dua di testpack. Ternyata tak seberapa lama harus kehilangan strip dua tersebut.
Pernah mengalami keguguran membuat kami sangat terharu saat Tuhan mempercayakan kembali seorang bayi dalam kehidupan kami. Mungkin jika tidak mengalaminya kami akan take her for granted.
Saya dan suami menjadi sepenuhnya sadar bahwa kehadiran anak bukanlah karena kemampuan atau keinginan kami. Namun semata-mata pemberian Tuhan. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, Tuhan pulalah yang memberikannya kembali. Sesuai waktuNya.
Pernah mengalami kehilangan tersebut juga membantu kami legowo menjalani peran baru sebagai orang tua yang (((ternyata))) melelahkan. Hehehe. Ketika kami terbangun karena Gayatri menangis di jam enak-enaknya kami tidur, kami bersyukur tangisan itu nyata. Daripada mengingat hari-hari pasca keguguran, dimana saya sering terbangun mendengar suara tangisan bayi dalam pikiran saya sendiri. Ketika kami membersihkan pupup atau gumohnya yang mleber-mleber di sprei. It’s far far better, dibandingkan saat-saat saya harus membersihkan gumpalan darah seperti hati ayam saat mengalami keguguran di sprei yang sama.
Bukan berarti kami tidak lelah. Ya, saya lelah. Tidak dapat dipungkiri tugas mengurus bayi menguras tenaga fisik, pikiran dan juga perasaan. Saya menangis. Ya, saya menangis kalau lelah. Kadang saya juga menangis jika sedang merasa gagal.
Salah satu momen menangis saya adalah ketika ASIP saya habis sebelum saya sampai di rumah. Sepulang kerja saya menemukan Mama menggendong Gayatri yang menangis. “ASIP-nya habis sejak sore”, kata Mama. Duh, nyesek sekali saya rasanya. Anak saya merasakan kelaparan, bahkan saat dia belum bisa bilang lapar.
Sebenarnya sebelum berangkat kerja, saya perhitungkan ASIP masih cukup untuk hari itu dan sebagian keesokan harinya. Namun ternyata kondisi tertentu (sepertinya growth spurt) mengakibatkan bayi minum lebih banyak, sehingga habis sebelum perkiraan. Saya sedih sekali saat itu, dilema mama-mama bekerja.
Namun saya menyadari juga kesalahan saya dari mula adalah terlambat mengumpulkan stok ASIP. Padahal sudah semangat beli frezeer baru segede bagong. Namun, di minggu pertama saya masuk kerja, setengah lantai frezeer pun tak penuh dengan ASIP. Alhasil di hari-hari terakhir ini ASIP kejar tayang, darurat militer.
Related story: menyusui saat ASI terbatas dan tipsnya.
Kesalahan saya yang kedua adalah membeli breast pump single. Breast pump yang saya miliki kualitasnya memang sudah bagus, sedotannya mantap, dan ASIP yang terpompa pun banyak sekali pakai. Namun, karena saya harus pompa di sela-sela waktu kerja yang terbatas, pompa single kurang efisien untuk menghasilkan ASIP secara bersamaan dalam waktu singkat. Kan menggunakannya harus bergantian payudara kiri kanan. Seharusnya saya membeli yang tipe double agar bisa menyedot bersamaan. Semakin sering ASI disedot maka ASI yang dihasilkan berikutnya pun akan semakin banyak.
Semangat!
Buat teman-teman, baik yang pernah merasakan keguguran, yang masih menantikan momongan ataupun yang sedang repot karena baru punya momongan, I feel you…. Kita harus semangaaaat!
Walaupun saya masih tetep cengeng, suka nangis, tapi tangisannya sekarang berbeda. Besar syukur yang terdapat dalam tangisan itu. Besar harapan dan juga tanggung jawab yang meliputinya. Satu hal yang kami percaya, Tuhan yang mengizinkan segala hal ini terjadi pada kita, Tuhan jugalah yang akan memampukan kita menjalaninya dengan baik.
Buat teman-teman lain yang sudah memiliki momongan, selamat menyayanginya dengan sepenuh hati ya…. Jangan sampai kita menyesal saat dia tak lagi ada bersama kita. Klise kedengarannya, tapi jangan sampai kejadian, amit-amit.
Ini cerita saya tentang orang pengalaman keguguran dan tentang Gayatri si rainbow baby. Kalau teman-teman, siapa orang kesayangannya? Jangan sungkan untuk cerita di comment section ya….
Salam sayang….
Komentar
Posting Komentar