Ketika Neng Gaya berumur 4 bulan saya berkesempatan membawanya naik pesawat. Tidak tanggung-tanggung dalam satu bulan tersebut, kami harus menjalani 4 penerbangan. Dua penerbangan ke Semarang menuju Salatiga, dua pernerbangan (PP) lainnya ke Surabaya. Bagaimanapun perjalananan-perjalananan tersebut seru ya, dibalik suka dan dukanya. Jika tidak ada halangan kesehatan, membawa bayi naik pesawat, so far, menjadi pilihan saya jika harus berpergian jauh.
Karena toh bayi (di bawah 2 tahun) juga ga dicharge biaya seat, hanya bayar asuransi sekitar 50 ribu, hehehe….. Selain itu waktu perjalanan yang singkat meminimalisasi kemungkinan bayi kelelahan dan rewel berkepanjangan di jalan. Sepanjang-panjangnya ya sejam perjalanan di atas pesawat.
Berikut pengalaman saya membawa Neng Gaya naik pesawat saat umur 4 bulan yang mungkin poin-poinnya akan bermanfaat bagi teman-teman yang mau berpergian atau mudik naik pesawat membawa bayi.
1 . Memilih Maskapai Penerbangan:
Penerbangan pertama dan kedua saya bersama Neng Gaya adalah menggunakan maskapai Garuda. Maskapai favorit jika saya tidak harus mempertimbangkan biaya, hahaha…. As you know, Garuda memang relatif mahal. Tapi untuk penerbangan kali ini saya bela-belain naik Garuda karena selain membawa bayi saya juga membawa mama mertua saya yang umurnya sekitar 60 tahun. Tanpa suami saya. Bukan hanya demi impression ke mertua yak! Tapi karena hal itu berarti saya membawa bayi dan lansia sekaligus maka Garuda patut dipertimbangkan. Mengapa?
Berikut hal yang saya suka saat terbang bersama Garuda:
- Pramugarinya sangat helpful dan ramah, apalagi ambiancenya juga nyaman ya, ada lagu-lagu daerah dari twilight orchestra yang pasti saya yakin mama mertua suka, mama happy setengah beban perjalanan ini sirna sudah,
- Sebagian besar naik turun dari pesawat menggunakan garbarata, walaupun di Semarang tidak menggunakan garbarata, kami yang membawa bayi dipersilakan naik duluan dan dipayungi bok kaya pejabat…. Soalnya Semarang saat itu memang panas-panasnya,
- Ada makanan dan minuman ringan,
- Ada Marugame Udon di terminal 3 Soekarno Hatta, ini penting buat Bapaknya Neng Gaya biar nganter dengan happy, hahaha….
Namun ada juga hal-hal yang patut digarisbawahi jika terbang dengan bayi menggunakan maskapai Garuda:
- Tidak bisa web check in, belakangan saya baru tahu kalau ternyata bisa city check in (check in di konter darat),
- Jarak antara konter checkin ke ruang tunggu itu jauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuhhhh…. Kabar baiknya ada mobil golf yang wara-wiri untuk mengantar penumpang membawa bayi atau lansia dari ujung ke ujung. Thanks, Angkasa Pura! Please, armadanya ditambah ya, soalnya bermanfaat banget. :)
Penerbangan ketiga dan keempat, karena saya berpergian bertiga bersama Tuan Besar (saya, Neng Gaya dan suami), saya pede untuk menggunakan sodaranya Garuda yang lebih irit, Citilink. Soalnya kalau rempong kan ada Tuan Besar yang sigap as always plus lovely and nice. Muah muah….
Berikut hal yang saya suka saat terbang bersama Citilink:
- Bisa web check iiiiiinnnnn!!!! Suka suka sukaa…. Jadi ga repot harus city check in ke konter darat Citilink atau ga harus juga berangkat pagi-pagi demi dapat seat yang bagus pas check in di bandara. Dengan bisa web check in berangkatnya bisa agak santai dan tidak perlu nunggu lama di Bandara.
- Jarak antar kursinya (kursi satu dengan kursi depannya) masih relatif longgar. Ada maskapai low cost lain yang saya dan suami rasakan ruang antar kursinya agak lebih sempit dibanding yang lain. Seperti ditambah satu row lagi, cmiiw, mungkin cuma perasaan kami saja ya. Atau mungkinkah kaki kami kadang lebih panjang dibanding hari biasanya? :D wkwkwkwk….
- Tiketnya lebih murah, hahaha….
Related Post:
Pengalaman Menggunakan 3 Maskapai Penerbangan Low Cost Carrier
2 . Persiapan Kesehatan sebelum terbang:
Kesehatan bayi terutama yang patut diperhatikan ya. Saat ke Semarang saya sekali cek ke dokter sebelum berangkat, saat ke Surabaya saya ceknya ketika sudah sampai di Surabaya. Memang tidak wajib sih untuk periksa, just in case dia flu atau ada kondisi kesehatan yang kami sebagai orang tua awam tidak dapat melihatnnya. Pesan dari dokter spesialis anak langganan kami adalah, jangan terbang ketika bayi pilek. Saya mahfum si, pengalaman saya dulu (sebagai orang dewasa) terbang pas pilek, kuping saya saja sakit, apalagi bayi.
Oiya, mau terbang atau pun di rumah saja saya selalu sedia termometer dan paracetamol (hasil konsultasi dokter) untuk pertolongan pertama.
3 . Deal with Baby on Board:
Pertanyaan yang sering muncul ketika orang tua akan membawa bayi naik pesawat adalah:
“Perlu pakai earmuff ga si?”
Pertanyaan yang sama saya ajukan ke dokter. Jawabannya earmuff ga terlalu ngefek kata dokter saya. Yang wajib dilakukan untuk mengurangi rasa sakit akibat perubahan tekanan udara yang dirasakan bayi adalah, menyusui bayi saat take off dan landing. Logikanya sama seperti orang dewasa ngemut permen saat take off dan landing, telinga akan terasa plong saat kita menelan ludah.
“Pas menyusui boleh lepas seat belt?”
Saat take off dan landing tentu tidak boleh melepas seat belt. Namun posisi seat belt bayi (dibawah dua tahun) yang melekat di tubuh ibu dengan posisi bayi dipangku (belum memiliki seat sendiri) cukup mudah kok untuk memposisikan bayi miring untuk disusui. So, Nyaaah, jangan kawatir ya….
Saya pribadi menyarankan menggunakan kaos busui dibandingkan menggunakan kemeja kancing depan. Alasannya karena untuk memudahkan menyusui tanpa menggunakan apron. Kemungkinan payudara ibu akan terekspos relatif kecil kecuali anak memberontak parah dan Ibu bergerak tak terkontrol atau yang melihat fokus ke arah dada, maka akan terlihat. Namun jika memang ibu lebih nyaman menggunakan apron bisa dicoba-coba dan dibandingkan mana yang lebih aman dan nyaman. :)
“Gimana kalau bayinya nangis saat di pesawat?”
Lakukan langkah sebagai berikut: 1) tetap tenang, 2) abaikan pandangan orang, 3) cari dan temukan penyebab bayi menangis, 4) lakukan tindakan mengatasi penyebab dan kalau no 3 dan 4 ga ngefek juga lakukan nomor 5) tetap percaya diri dan 6) repeat. “Tetap tenang” kedengaran klise ya, tapi trsut me it works. Bayi kita tetap bayi yang sama kok dengan bayi yang kita miliki sehari-hari di rumah. Kebiasaan-kebiasaannya akan tetap sama.
Misalnya kalau Neng Gaya ucek-ucek mata tandanya dia rewel karena mengantuk, usel-usel dada berarti dia lapar, tiba-tiba bau asem artinya dia pupup, kalau dia geleng-geleng gelisah kemungkinan dia bosan maka kasih mainan (kalo Neng Gaya mainan sama dengen kresek plastik, hahaha). Kalau dia melakukan hal-hal di luar kebiasaan seperti (kalau Neng Gaya ya) tepuk tepuk telinga, ada kemungkinan penyebabnya ya tidak biasa, tersangka utamanya telinganya sakit. Maka walaupun dia ga lapar yuk mari dicoba untuk disusui. Kadang Neng Gaya menolak, paksa saja secara lembut.
“Gimana kalau dia pupup di atas pesawat?????”
Kalau ini gawaaaaaattttt!!!! Hahaha…. Jujur saya belum pernah mengalami Gayatri pupup di atas pesawat saat posisi pesawatnya masih di langit. Pernah sekali Gayatri pupup alias eek alias ook alias buang air besar di atas pesawat itu pas posisi sudah selesai landing dan pesawat gerak cuma nyari parkiran. Jadi nunggu bentar sampai turun dan nyari nursing room. Jadi saya ga bisa sharing gimana cara mengganti diapers di atas pesawat.
Namun saya punya tips untuk mencegah Neng Gaya pupup di atas pesawat, tipsnya pernah saya share di akun Instagram @nyonyamalas sebagai berikut:
ย 4 . Barang-barang Yang Dibawa
Hampir sebagian besar barang-barang yang saya kira akan diperlukan di lokasi saya paketkan terlebih dahulu. Sehingga saat naik pesawat saya hanya membawa sedikit barang saja. Hal ini diapresiasi temen kantor dan saudara-saudara saya loh, dan memang terasa sangat praktis sih. Poin ini adalah poin yang membuat saya merasa sangat cerdas. Hahaha…. *abaikan*
Ketika saya harus ke Salatiga (lewat Semarang) untuk urusan pekerjaan sambil membawa Neng Gaya dan Mertua, bawaan saya banyaknya sama dengan rekan kerja saya yang sorangan. Tas ransel sedang dan koper isi dokumen pekerjaan. Sementara ketika ke Surabaya selama 6 hari 5 malam, barang bawaan yang saya tenteng naik pesawat juga hanya satu tas ransel sedang yang sama plus diapers bag.
Related post: Rekomendasi Diaper Bag untuk Travelling
“6 hari 5 malam cuma bawa ini aja?”, kata Eyang Kakung.
Ga tau dia kalau ada barang hampir segede kardus sarimi yang sebelumnya sudah saya kirimkan dengan JNE ke rumah Kakak Ipar. Hihihihi…. Untuk meminimalisasi bawaan saya juga memilih untuk 1) membeli barang seperti diapers yang ukurannya besar namun sekali pakai, 2) menggunakan sabun mandi dan shampo yang sama dengan yang dipakai Neng Gaya (sabun 2 in 1, hihihi) serta 3) meminimalisasi pakaian saya dan suami dengan laundry di Surabaya.
Nah namun ada barang-barang tertentu ni yang harus ditenteng kemana pun kami pergi. Barang-barang wajibnya Neng Gaya, sebagai berikut:
Itu sharing pengalamanku selama empat kali membawa bayi naik pesawat. Semoga bermanfaat bagi temen-temen ya…. Feel free to share dan tag temen-temen lain yang membutuhkan di sosial media.
Update November 2017:
Gayatri sekarang sudah 9 bulaaaannn!!! Dan sudah melakukan penerbangan sebanyak hampir selusin. Beberapa tips dan pengalaman tambahan terkait membawa bayi, saya tulis lebih lanjut di artikel berikut:
Pengalaman Membawa Bayi Usia 9 Bulan dan Perbedaannya dengan Usia 4 Bulan.ย
WAJIB DIBACA! Kompilasi artikel terkait traveling bareng bayi naik pesawat.
Jika temen-temen punya tips lainnya bisa juga tinggalin tipsnya di comment section yaaa…. :) Terimakasih.